Transformasi Digital Perguruan Tinggi
Harry Leonardo (23), mahasiswa jurusan Teknik Informatika Universitas Mercubuana, fokus mempelajari materi kuliah yang dibagikan secara virtual. Sebagian besar mahasiswa kini menjalani kuliah daring karena pandemi Covid-19
Era digital yang bergerak lebih cepat dari sebelumnya, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19, mengharuskan semua institusi termasuk pendidikan tinggi untuk mempersiapkan diri dan berinovasi agar semakin kompetitif melalui transformasi digital. Transformasi adalah proses perubahan terstruktur yang direncanakan untuk mencapai tujuan mulia. Transformasi digital di perguruan tinggi mengacu pada proses dan strategi menggunakan teknologi digital untuk secara cepat mengubah cara institusi beroperasi dan melayani mahasiswa, dosen, pegawai, industri, orangtua, dan pemerintah.
Perguruan tinggi harus mampu menghadirkan transformasi digital karena sebelumnya telah melalui masa digitisasi dan digitalisasi. Transformasi digital sangat dibutuhkan karena, jika dirancang dengan baik, tidak hanya mampu menurunkan biaya operasional, tetapi lebih dari itu inovasi yang dihasilkan serta penerapan teknologi digital dan kecerdasan buatan mampu menghasilkan efisiensi pada institusi. Suatu institusi disebut melakukan transformasi digital dengan sukses jika menggunakan kemajuan teknologi dan teknologi informasi (tidak sebatas digitisasi dan digitalisasi saja), tetapi mampu bertransformasi membuat model bisnis baru.
Bob Davis dari Forbes Councils menyebutkan ada dua alasan kuat mengapa transformasi digital menjadi suatu keharusan. Alasan pertama adalah perubahan yang tidak bisa dihindarkan. Era digital telah mengubah kebiasaan kita sehari-hari, mulai dari cara kita bekerja, cara anak belajar, dan cara memperoleh informasi. Era digital telah mengubah kebiasaan kita sehari-hari, mulai dari cara kita bekerja, cara anak belajar, dan cara memperoleh informasi. Misalnya, kurikulum kuliah yang akan hadir sesuai generasi masa depan tentu sangat berbeda dengan kurikulum yang kita telah dapatkan saat ini. Hal tersebut tentu merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari.
Perguruan tinggi akan menjadi kuat saat teknologi dan kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) dikembangkan menjadi bagian utama operasional keseharian, terutama pada otomasi layanan, pengambilan keputusan (data-driven decision making), dan model pembelajaran. Diharapkan di masa depan jumlah pegawai yang ramping, tetapi agile/gesit bergerak karena ditunjang AI dan otomatisasi sehingga layanan pun akan semakin personal dan memuaskan. Tahun 2020 adalah tahun yang penuh kejutan bagi pendidikan tinggi kita, apalagi dipercepat dengan pandemi Covid-19, yang menuntut segera melakukan transformasi digital.
Persaingan yang ketat di dunia pendidikan ke depan perlu sangat dicermati. Sebagai contoh, beberapa platform massive open online course (MOOC) semakin diminati dan menawarkan portofolio daring mereka secara gratis, sebagai alternatif sementara untuk semua pelajar yang tidak memiliki keberlanjutan universitas. Jumlah keseluruhan kursus yang mengambil keterampilan bisnis, teknologi, dan data telah berkembang pesat pada 2020.
Foto dokumentasi dari Universitas Binus ini memperlihatkan suasana orientasi mahasiswa baru Binus Online Learning, di Jakarta, Rabu (28/2). Kuliah secara daring terus dikembangkan di Indonesia.
Generasi muda dan pendidikan Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1996 dan 2010. Sementara Meagan Johnson, seorang pakar generasi (Generational Expert), menyebutkan bahwa generasi Z adalah orang yang lahir setelah tahun 2002. Di Indonesia, generasi Z diperkirakan populasinya mencapai seperempat penduduk Indonesia. Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kemajuan teknologi internet dan gawai. Generasi Z cenderung senang dengan teknologi dan fasih dengan augmented reality dan virtual reality (AR/VR) dan senang berselancar di dunia maya serta eksis di sosial media terkini.
Forbes melaporkan bahwa lulusan SMA telah menurun untuk hampir tiap negara tiap tahun dan tidak akan meningkat hingga 2024 sehinga terobosan universitas yang harus dilakukan adalah transformasi digital. Namun, berdasarkan data dari portal Kemendikbud terkait statistik jumlah lulusan SMA dan SMK negeri/swasta di Indonesia, pada 2018/2019 terdapat sekitar 2.997.421 juta lulusan dengan daya tampung universitas 1,8 juta. Minimnya daya tampung dan besarnya lulusan tersebut dapat dilihat sebagai peluang besar bagi perguruan tinggi untuk berinovasi mengusulkan model kuliah yang memudahkan bagi lulusan yang belum mampu kuliah.
Tentu fleksibilitas dan kecepatan Kemendikbud merespons melihat kondisi ini sangat dibutuhkan. Tentu fleksibilitas dan kecepatan Kemendikbud merespons melihat kondisi ini sangat dibutuhkan. Partisipasi universitas juga semakin diharapkan di masa akan datang, misalnya universitas ke depan juga harus semakin aktif mengadakan pelatihan kompetensi serta membuat program pendidikan untuk pekerja dewasa dengan sistem daring. Semakin banyak anak muda yang ingin bersama keluarga atau menikmati waktu luang di luar rumah lebih banyak dibandingkan dengan di kampus.
Jadi, secara umum, transformasi digital di perguruan tinggi adalah untuk menghasilkan layanan terbaik dan mudah bagi mahasiswa serta mitra kerja. Transformasi digital harus segera dilakukan karena teknologi semakin memanjakan mahasiswa dengan student experience yang mudah digunakan serta serba cepat. Menurut Peter Bendor-Samuel, salah satu kontributor Forbes yang fokus membahas transformasi bisnis, banyak perusahaan yang tidak mempertimbangkan nilai daya saing saat melakukan transformasi digital. Akibatnya, transformasi digital yang seharusnya bisa menambah nilai daya saing bisnis justru menjadi beban anggaran bagi perusahaan.
Hal inilah yang harus diperhatikan perguruan tinggi. Budaya kerja/kultur, digital leadership, dan prosedur yang lebih ramping harus dipersiapkan guna lancarnya proses transformasi digital. Digital leader harus menyadari bahwa digital tidak selalu tentang data dan teknologi, tetapi juga harus mampu mengubah cara bekerja, kultur, dan menciptakan sistem yang agile. Selain itu, digital leader harus mampu mengembangkan keterampilan digital di seluruh organisasi.
Novi Berlianti, mahasisiwa Universitas Diponegoro, Semarang, sedang kuliah daring di rumah orangtuanya di Klaten, Jawa Tengah.
Kebijakan pimpinan kampus penulis bahwa ”Berani Nyontek maka akan DO” merupakan salah satu nilai luhur yang ditanamkan kepada mahasiswa untuk menyadari bahwa kejujuran merupakan sesuatu hal yang penting dan akan membentuk kultur generasi muda unggulan. Jadi, transformasi digital yang dikembangkan harus memiliki daya saing dan inovasi serta mampu secara bertahap mengubah kultur/budaya bekerja, melakukan bisnis serta teknologi pembelajaran di masa saat ini. Apa yang harus dipersiapkan Bisnis masa depan bercirikan efisiensi, kecepatan, dan ketepatan menggunakan teknologi. Pekerjaan yang berulang-ulang harus menggunakan peranti lunak cerdas. Pendidikan masa depan memiliki ciri mengarahkan pengetahuan yang tepat bagi mahasiswa dan di mana memperolehnya daripada mengisi pikiran mahasiswa dengan segala materi pembelajaran yang pada masa depan mungkin sudah tidak dipakai.
Oleh karena itu, mahasiswa membutuhkan teknologi dan materi pembelajaran yang lebih mandiri dan dapat menyiapkan mereka menghadapi pekerjaan yang belum ada sekarang dan harus dapat menghadapinya di 5-20 tahun lagi. Marketing automation adalah teknologi yang mengelola proses pemasaran dan promosi di berbagai channel secara otomatis. Dengan marketing automation, tenaga pemasaran (marketing) dapat menargetkan pelanggan dengan pesan otomatis melalui e-mail, web, media sosial, dan teks. Informasi promosi dapat ditentukan oleh template yang dibuat untuk mencapai hasil student intake yang lebih baik.
Sejak awal, calon mahasiswa akan masuk kampus, informasi penting dari pengolahan mahadata juga harus selalu mendampingi mereka agar meningkatkan kesuksesan dalam kuliah hingga lulus mencari kerja atau menciptakan pekerjaan baru. Marketing automation adalah teknologi yang mengelola proses pemasaran dan promosi di berbagai channel secara otomatis. SDM di perguruan tinggi harus disiapkan untuk mampu mengubah gaya bekerja, misalnya penggunaan OneDrive, Google Drive, Dropbox, dan Quip hanyalah sedikit contoh penyedia layanan cloud gratis yang bisa digunakan.
Fasilitas chat komunikasi profesional, seperti Slack dan Trello (workflow management software), yang membantu tim bekerja secara kolaboratif dan memperbesar suksesnya pekerjaan bisa menjadi langkah awal untuk mengubah gaya bekerja dari mana saja. Setelah itu, teknologi yang mendukung untuk data science, mahadata perlu dipersiapkan perguruan tinggi agar dapat mengembangkan perangkat lunak untuk mendukung transformasi digital. Digital Learning, intelligent chatbot, dan konseling untuk mahasiswa, virtual laboratory serta online certification merupakan contoh transformasi digital pendidikan masa depan.
Rancangan kurikulum Transformasi digital harus segera dipersiapkan perguruan tinggi, dengan ujungnya adalah sukses survive dari kompetisi yang ketat atau terlambat. Strategi transformasi digital dimulai dari mempersiapkan SDM dan kultur yang baik, lalu persiapan data dan teknologi untuk bertransformasi. Transformasi digital harus segera disiapkan perguruan tinggi, dengan ujungnya adalah sukses survive dari kompetisi yang ketat atau terlambat. Transformasi digital membutuhkan pemimpin yang dapat membentuk karakter dan kultur bekerja yang baik, kreatif, inovatif, serta kompetitif dengan dukungan teknologi yang sesuai.
Hal tersebut salah satunya dapat dicapai dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi (termasuk AI dan data science) sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti perubahan kondisi zaman. Pemerintah melalui Kemendikbud perlu segera mempersiapkan rancangan kurikulum untuk mengantisipasi pekerjaan masa depan yang belum dikenal saat ini serta pendidikan masa depan yang diinginkan oleh generasi muda kita serta orangtua. (Widodo Budiharto, Profesor Artificial Intelligence, Universitas Binus, Jakarta)
https://www.kompas.id/baca/opini/2020/11/11/transformasi‐digital‐perguruan‐tinggi/