‘RoboCop’: Memberi Jiwa Pada Makhluk Setengah Robot Setengah Manusia
Tren reboot tidak akan pernah mati di Hollywood. Apapun statistikanya –8 dari 10 proyekreboot berakhir menyedihkan– Hollywood akan tetap selalu berusaha memperbarui karya-karya emas lama mereka. ‘RoboCop’ bukanlah pengecualian. Tapi, bagaimana nasibnya?
Pada 2028 robot menguasai dunia. Tidak se-freaky seperti yang dibayangkan Isaac Asimov dalam ‘I, Robot’, tapi lebih digunakan sebagai pengamanan. Hampir semua negara, terutama yang kurang tentram seperti Timur Tengah, menggunakan jasa robot-robot ciptaan OmniCorp. Hampir semua, karena satu-satunya negara yang tidak memiliki robot sebagai tim pengamanan adalah Amerika sendiri, negara pencipta sang robot. Masalahnya apa?
Masalahnya, walaupun robot yang diciptakan oleh sang jenius Raymond Sellars (Michael Keaton) sangat sophisticated, penduduk Amerika masih belum percaya dengan fakta bahwa mereka dilindungi oleh sebuah makhluk yang tidak merasakan apa-apa saat mereka menekan pelatuk. OmniCorp berusaha keras menciptakan robot generasi berikutnya: tidak hanya canggih, efisien namun juga mempunyai perasaan! Masuklah Alex Murphy (Joel Kinnaman, diculik dari serial TV ‘The Killing’ yang lumayan populer) ke dalam frame.
Setelah kecelakaan fatal yang menimpanya, Alex Murphy –dengan izin sang istri, Carla Murphy (Abbie Cornish)– dijadikan “mainan” baru OmniCorp. Murphy yang tadinya tidak mempunyai peluang untuk hidup, kini bisa berjalan, berlari bahkan membunuh dengan badan separuh robot.
‘RoboCop’ versi Paul Verhoeven yang dirilis pada 1987 adalah sebuah sci:fi yang sangat berhasil. Verhoeven berhasil membuat film ultra-violent yang digemari –dengan begitu sakral kalau boleh ditambahkan– sekaligus merebut hati para kritikus. Salah satu poin utama dalam ‘RoboCop’ versi Verhoeven adalah bagaimana sang filmmaker berhasil menangkap kegelisahan publik soal kasus kriminal dan moral manusia.
Bagi penggemar berat film “asli”-nya, yang mungkin paling dikhawatirkan ketika menonton versi remake adalah ketika pembuatnya mengolah ulang cerita yang sama hanya dengan polesan yang lebih baru. Biasanya yang membedakan versi lama dengan versi baru adalah teknologinya. Pamer CGI atau efek visual selalu menjadi kendaraan di sini. ‘Clash of the Titans’, ‘Godzilla’ (versi Emmerich tentu saja), ‘Planet of the Apes’ merupakan contoh film-film remakeyang tak memuaskan.
Bagaimana dengan ‘RoboCop’ versi baru yang disutradarai oleh Jose Padilha dan ditulis oleh Joshua Zetumer? Ini sebuah remake yang bagus. Bagian pamer CGI dan visual yang jauh lebih canggih memang masih ada. Adegan-adegan perkelahian yang jauh lebih menegangkan juga menempel di sana. Namun, Jose Padilha mengejar sesuatu yang lain dan berbeda dengan apa yang dilakukan Verhoeven.
Dalam ‘RoboCop’ versi Padilha yang dikejar adalah pertanyaan moral tentang keberadaanartificial intelegence di antara kita. Apakah Murphy dengan badan separuh robot masih dianggap manusia? Jikalau memang dia masih memiliki otak sendiri dan bisa berpikir sesuai dengan apa yang dia rasakan, dengan mesin yag menempel di badannya apakah dia masih bisa dianggap manusia yang utuh?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diramu dengan sebuah thriller tentang konspirasi kotor para korporat yang berjuang dengan keras untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya. Michael Keaton memerankan tokoh penjahat dengan gemilang. Samuel L. Jackson di sisi lain, sebagai presenter TV dan juga kompor korporasi, bermain dengan efektif. Tapi, hati ‘RoboCop’ memang terletak pada kepiawaian Padilha memilih pemainnya.
Joel Kinnaman di awal film memang agak mirip dengan karakter yang diperankannya dalam ‘The Killing’: meledak-ledak dan cenderung menolak aturan. Tunggu sampai dia berada di balik jas besi. Cowok asal Swedia ini memberikan suntikan melankolia pada sebuah film action macam ini. Abbie Cornish turut membantu memberikan nuansa yang cukup untuk memancing emosi Kinnaman.
Peran Gary Oldman sebagai ilmuwan/dokter mungkin terasa deja vu. Mirip dengan karakternya sebagai Komisaris Gordon dalam trilogi ‘Batman’-nya Nolan. Namun, tetap saja, melihat Oldman terhimpit dilema moral adalah hal yang mengasyikkan. Tak perlulah dibilang bahwa ‘RoboCop’ versi Padilha akan menggantikan ‘RoboCop’ versi Verhoeven yang dicintai semua orang. Tapi, senang ketika Hollywood berhasil me-reboot film lama yang telah menjadi bagian dari ikon budaya populer dengan gemilang.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
Sumber : http://hot.detik.com/movie/read/2014/02/13/123649/2495892/218/2/robocop-memberi-jiwa-pada-makhluk-setengah-robot-setengah-manusia
Download : Memberi Jiwa pada Makhluk Setengah Robot Setengah Manusia