HAPPY SAPUTRA: MENEMBUS TITIK NADIR (DAN BEREVOLUSI)
“Saya bersyukur menjadi alumni BINUS UNIVERSITY, nama BINUS UNIVERSITY memudahkan langkah saya dan saya percaya apa yang saya peroleh semasa kuliah adalah nilai plus yang tidak dimiliki semua orang”
Tidak ada yang pernah menyangka bahwa akan ada alumni BINUS UNIVERSITY yang menjadi polisi. Namun justru sebaliknya, dia adalah Happy Saputra, S.Kom. Happy merupakan mahasiswa jurusan Teknik Informatika BINUS UNIVERSITY angkatan 2002.
Semasa kuliah di BINUS UNIVERSITY, Happy aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Basket. Happy boleh dibilang mahasiswa yang aktif mengembangkan diri, karena sejak semester 4 Happy sudah mulai kerja sambilan di Citibank. Walaupun demikian, Happy tidak melupakan kewajiban utamanya sebagai mahasiswa dan menyelesaikan studinya tepat waktu dengan IPK 3.00
Keputusan Happy untuk menjadi seorang polisi adalah sebuah keputusan yang dia sadari sepenuhnya. Lebih daripada itu, keputusannya ini merupakan wujud cintanya kepada orang tuanya. Mengapa demikian? Karena Happy kecil selalu menyaksikan ayahnya begitu tertarik dengan hal-hal yang berbau militer dan kepolisian. Hal tersebutlah yang mendorong Happy untuk mewujudkan cita-cita ayahnya dan akhirnya pada tahun 2007 memutuskan untuk mengambil pendidikan Akademi Kepolisian (AKPOL).
Happy adalah satu dari 300 pemuda beruntung yang diterima di AKPOL dari 12.000 pendaftar. Happy bercerita, bahwa ia mendaftarkan diri tanpa sepengetahuan orang tuanya, setelah diterima ia baru menyampaikan hal tersebut ke orangtuanya dan memohon restu. Selama masa pengujian, tim penguji kaget mendapati bahwa Happy adalah seorang Sarjana Komputer lulusan BINUS UNIVERSITY. Namun menurut penuturan Happy, hal tersebut justru merupakan nilai plus yang mendukung dirinya hingga bisa diteima AKPOL. “Saya bersyukur menjadi alumni BINUS UNIVERSITY, nama BINUS UNIVERSITY memudahkan langkah saya dan saya percaya apa yang saya peroleh semasa kuliah adalah nilai plus yang tidak dimiliki semua orang.” Ujar Happy.
SALAH SATU YANG TERBAIK
Menjadi seorang keturunan Tionghoa bukanlah sebuah batu sandungan bagi Happy, karena sejak kecil Happy sudah membaur dengan teman-temannya dari berbagai etnis. Keputusan Happy-seorang-Tionghoa yang memilih menjadi polisi tentunya adalah sebuah langkah yang sangat revolusioner. Beruntung Happy sepenuhnya didukung oleh keluaganya dan ia pun sering teringat nasihat ibunya kepadanya “kamu memang beda, tetapi bukan berarti kamu berbeda”.
Happy merupakan 20 lulusan terbaik AKPOL pada angkatannya. Atas prestasi cemerlangnya, Happy mendapatkan beasiswa Asean Law Enforcement Liaison Officer studi bahasa mandarin di Beijing, serta meraih predikat sebagai lulusan terbaik. Sempat juga diundang sebagai guess speaker disekolah kepolisian Philipna. Happy adalah sosok polisi dengan karir cemerlang. Saat ini Happy menjabat sebagai Kasatlantas Gresik Polda Jawa Timur, serta sudah berada di jalur elite untuk kepemimpinan POLRI dimasa depan.
Berbekal ilmu yang diperolehnya semasa kuliah di BINUS UNIVERSITY, Happy dipercaya sebagai tim IT dan Think Tank Kapolda Jawa Timur dibawah pimpinan Irjen Pol Anas Yusuf untuk mengembangkan sistem informasi lalu lintas berbasis online dan beberapa fitur teknologi informasi lainnya untuk mendukung kemajuan kepolisian Indonesia. Happy bercerita “Saya tidak akan dipercaya untuk mengemban tanggung jawab ini, kalau saya tidak memiliki latar belakang pendidikan IT dan saya bersyukur untuk ilmu yang saya peroleh ketika saya kuliah di BINUS UNIVERSITY dulu” ujar Happy.
MENEMUKAN TITIK NADIR
Sosok Happy adalah bukti nyata atas keberanian menembus batas. Happy telah membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita berpegang teguh pada keyakinan kita. “Jika kita menanam jeruk, maka akan berbuah jeruk. Jika kita menanam kebaikan, maka akan berbuah kebaikan,” ujar Happy.
Bagi seorang Happy ‘break the limit’ adalah melewati titik nadir diri kita sendiri tanpa paksaan dari manapun. “Saat kita bisa melewati titik nadir, tanpa paksaan kita akan dibawa pada tahap evolusi, dimana tanpa kita sadari, setelah melewati titik nadir kita akan berubah dengan sendirinya ke arah yang lebih baik.” Tandas Happy. Menurut Happy, seseorang perlu menemukan dimana titik nadir dirinya sendiri sebelum melewatinya, karena dengan demikian dia akan tahu letak kelemahannya dan lebih mudah menemukan cara untuk melewatinya.
Jalan Happy untuk menjadi polisi juga tidak serta merta mulus. Happy juga pernah berada dalam masa-masa sulit dimana dia harus berlatih fisik setiap hari demi lulus tes AKPOL. Tapi Happy meyakinkan diri sendiri, selama fisiknya masih bisa menerima, apapun akan dia lakukan. Boleh dikatakan Happy adalah sosok gigih yang tidak mudah menyerah. Happy juga menambahkan bahwa dalam menghadapi masalah jika kita merasa buntu, maka yang perlu kita lakukan adalah merubah cara penyelesaiannya, bukan meninggalkan masalah tersebut.“We must carry on our problem, not leave it behind” tegas Happy.
Happy bercerita juga, bahwa dia bukan orang yang gampang terpengaruh dengan omongan orang. Dalam upayanya untuk ‘break the limit’, Happy mengesampingkan terpaan negatif dari orang-orang dan berusaha berpegang teguh pada keyakinannya. Hal itupun senada dengan pesannya kepada teman-teman BINUSIAN.“People are just laughing and clapping. Do whatever makes you happy and give it your best. Keep chasing your dream”. Tegas happy.
Tentunya dari sosok Happy ini, BINUS UNIVERSITY patut merasa bangga memiliki lulusan yang mengharumkan nama almamater dengan prestasinya. Happy juga boleh menjadi teladan dan isnpirasi bagi BINUSIAN lainnya untuk mengembangkan apa yang diperoleh semasa kuliah kedalam bidang kehidupan lainnya agar ilmu yang telah diperoleh hidup, berkembang, dan berguna bagi sesama. (IV)